Dipublikasikan oleh Yurinda Dini dan Diperbarui oleh Yurinda Dini
Apr 5, 2023
4 menit membaca
Daftar Isi
Jika membicarakan saham, terdapat beberapa macam indikator yang bisa kamu gunakan. Indikator ini memiliki peran penting dalam membantu trader lebih memahami kondisi pasar dan pergerakan harga. Adanya indikator tersebut membuat trader dapat mengambil keputusan investasi yang lebih baik. Indikator MACD menjadi salah satu jenisnya yang cukup populer.
Moving Average Convergence Divergence atau MACD menjadi jenis indikator trading yang berfungsi membantu trader mengamati trend harga saham yang sedang berlangsung. Tak heran jika jenis indikator saham ini cenderung tinggi peminatnya. Akan tetapi, indikator ini mempunyai beragam fitur yang perlu kamu pahami sehingga dapat mengaplikasikannya dengan tepat.
Baca juga: Apa Saja yang Termasuk Saham Layak Investasi Jangka Panjang?
Moving Average Convergence Divergence (MACD) merupakan suatu indikator pada analisis teknis yang menunjukkan korelasi antara dua bentuk moving average dalam trend harga dari aset. Sementara itu, moving average merupakan rata-rata harga, baik harga pembuka maupun penutup trading setiap hari yang berupa tampilan garis trend.
Fungsi utama dari indikator MACD adalah membantu trader mengetahui kapan harga dari suatu aset akan mengalami bullish atau bearish. Gerard Appel adalah seseorang yang menciptakan indikator ini pada tahun 1979. Hingga tahun-tahun berikutnya, MACD menjadi indikator yang sangat populer hingga ke seluruh penjuru dunia.
Bukan tanpa alasan, ini karena indikator tersebut menawarkan fleksibilitas dan kemudahan dalam pemakaiannya. Indikator satu ini juga membantu para trader lebih mudah dalam melihat trend harga dan momentum. Tidak heran apabila trader kerap menggunakan MACD pada komoditas, obligasi, valuta asing, dan saham.
Konsep dari MACD tak jarang membuat trader kebingungan, meski pemahaman terkait maksud dan tujuan dari indikator satu ini sebenarnya sangat mudah. Secara ringkas, MACD mengkalkulasi Exponential Moving Average atau EMA selama sekitar 12 hari dan 26 hari terakhir.
EMA sendiri adalah jenis moving average yang memiliki fokus utama pada bobot dan signifikansi data paling baru. Kamu bisa menghitung MACD dengan menggunakan rumus:
MACD = EMA 12 hari – EMA 26 hari
Kesimpulannya, MACD akan menunjukkan nilai yang positif jika angka EMA 12 hari lebih tinggi dari angka EMA 26 hari. Namun, apabila angka EMA 12 hari lebih rendah dari angka EMA 26 hari, maka MACD akan menunjukkan nilai yang negatif.
Baca juga: Ini Letak Perbedaan Reksadana dan Saham Untuk Investasi
Umumnya, para trader mengenal dua jenis indikator MACD dalam analisis teknis, yaitu crossover dan divergence.
Jenis indikator dari MACD ini lebih mengarah pada seni untuk melihat trend garis pada MACD, bukan pada garis sinyal. Harga suatu aset akan berada pada zona bearish apabila garis MACD menunjukkan arah melintang pada sisi bawah garis sinyal. Saat kondisi ini terjadi, para trader mau tidak mau harus segera menjual asetnya.
Sementara itu, harga aset akan masuk pada zona bullish apabila garis MACD menunjukkan arah melintang pada sisi atas garis sinyal. Ketika kondisi ini terjadi, para trader harus sesegera mungkin melakukan pembelian aset. Tak sedikit trader yang langsung bergerak saat garis MACD semakin dekat dengan garis sinyal, baik ke arah bawah maupun atas.
Meski demikian, tidak sedikit pula trader yang memilih untuk bergerak setelah garis indikator MACD sepenuhnya memotong garis sinyal. Mereka melakukan hal ini supaya tidak masuk dalam jebakan. Sebenarnya, crossover akan lebih akurat apabila terjadi pengulangan trend.
Berbeda dengan crossover, divergence adalah jenis indikator MACD yang terjadi ketika garis MACD berada pada titik paling tinggi atau rendah dan saling bersilangan dengan titik paling tinggi dan rendah dari harga aset. Harga aset akan memasuki zona bullish apabila dua posisi paling rendah dari garis MACD berkorelasi dengan dua garis harga aset yang paling bawah.
Terdapat beberapa bentuk pemahaman sebagai cara membaca indikator MACD yang dapat kamh terapkan, antara lain:
Pertama, kamu perlu mengerti arah trend harga yang sedang terjadi. Cara yang bisa kamu lakukan yaitu membaca parameter MACD dengan tepat. Ketika posisi garis MACD ada pada sisi atas garis sinyal, maka arah trend harga akan cenderung naik. Sebaliknya, apabila garis MACD berada pada posisi bawah garis sinyal, maka arah trend harga akan cenderung turun.
Tak hanya mengerti arah trend harga saham, cara membaca indikator MACD lainnya yaitu memahami momentum. Lebih mudahnya, kamu dapat melihat bagaimana kondisi kenaikan ataupun penurunan harga yang sedang terjadi. Momentum bisa saja menguat, tetapi tidak menutup kemungkinan pula dapat melemah.
Baca juga: Anda ingin investasi Saham? Simak kelebihan dan kekurangannya
Tak berbeda dengan bentuk analisis teknis pada umumnya, MACD juga tidak lepas dari kelemahan. Adapun kelemahan dari MACD yang paling utama yaitu indikator ini kerap memberikan sinyal akan terjadi trend harga yang berkebalikan. Hanya saja, dugaan tersebut kerap kali gagal terjadi.
Sederhananya, MACD sering kali menduga adanya kondisi yang populer dengan sebutan false positive. Kondisi ini kerap muncul saat harga suatu aset menunjukkan pergerakan menuju pada fase konsolidasi atau mencari gerakan arah trend harga yang baru.
Itu tadi informasi tentang indikator MACD dalam trading dan bagaimana cara membacanya. Semoga bisa menambah ilmu dan wawasan kamu tentang saham, Pins!
Feature Source Image: Freepik
Temukan pilihan rumah dan apartemen terlengkap di Aplikasi Pinhome. Cek properti pilihan kami, Perumahan Ruko Insignia Business Boulevard dan temukan keunggulan, fasilitas menarik dan promo menguntungkan lainnya cuma di Pinhome! Cari tahu juga tips penting persiapan beli rumah dan KPR di Property Academy by Pinhome.
Hanya Pinhome.id yang memberikan kemudahan dalam membeli properti. Pinhome – PINtar jual beli sewa properti.
© www.pinhome.id