Filosofi Orang Jawa
Sejak zaman dulu Indonesia terkenal memiliki peradaban yang tinggi, salah satunya diwakili oleh peradaban Jawa.
Bahasa Jawa adalah salah satu bahasa daerah di Indonesia dengan jumlah penutur terbanyak. Hal ini tidak mengherankan mengingat asal usul bahasa Jawa yang cukup panjang.
Selain bahasa, filosofi Jawa juga menjadi peninggalan peradaban Jawa yang diwariskan hingga saat ini.
Filosofi Jawa ini sangat erat kaitannya dengan urusan kehidupan, namun sayangnya nilai-nilai tersebut mulai luntur akibat tergerus oleh pergaulan modern.
Agar kita tidak lupa dengan ajaran nenek moyang, berikut ini merupakan kumpulan filosofi orang Jawa tentang kehidupan yang disertai dengan arti dan penjelasannya.
Baca juga: Kata Kata Lucu Bahasa Jawa
#1 “Alon-alon Waton Kelakon”
Filosofi Jawa diatas memiliki makna “pelan-pelan saja yang penting selamat”. Tentu hal ini mengajarkan kepada kita yang terpenting itu adalah keselamatan, jangan sampai mengejar sesuatu namun tidak memperhatikan keselamatan.
Pada prakteknya juga kita sering kali mendengar orang tua kita menggunakan filosofi Jawa ini, terutama dalam hal bepergian.
Keselamatan memang merupakan hal yang penting jika dibanding dengan kecepatan.
#2 “Sapa Nandur Bakalan Ngunduh”
Filosofi Jawa ini sangat terkenal, bahkan menjadi salah satu peribahasa yang paling populer di Indoensia. “Sapa nandur bakalan ngunduh” memiliki arti yaitu, apa yang kamu tanam itu yang akan kamu tuai.
Memang seperti itulah kenyataannya, apa yang kita usahakan itu yang akan kita dapatkan.
Jadi berusaha semaksimal mungkin, supaya kita mendapatkan apa yang kita cita-citakan, jangan lupa dibarengi dengan doa.
#3 “Urip Iku Urup”
Filosofi orang Jawa ini sangat dalam, yaitu kita sebagai manusia harus bisa menyalakan orang lain, menyalakan disini bisa jadi membantu.
Menjadi cahaya bagi orang dengan cara menebar kebaikan. Itulah hidup sesudungguhnya, bukankan manusia yang paling baik itu, mereka yang bermanfaat bagi orang lain.
Semoga kita dapat memegang teguh filosofi Jawa ini ya Pins!
#4 “Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka”
Filosofi ini sangat mendidik, di Jawa sendiri merendah sudah diajarkan sejak dini, seperti arti dari filosofi jawa di atas “Jangan meresa pandai agar tidak salah arah, dan jangan berbuat curang agar tidak celaka”.
Arti dari perkataan ini juga mengajarkan kita untuk tidak bersikap sombong dan tetap rendah hati.
Semoga kita diberikan kemampuan menjadi manusia yang dapat mengamalkan filosofi ini.
#5 Sura Dira Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti”
Bagi orang Jawa sendiri kata di atas sangat bermakna sekali, sebab sifat iri, jahat, angkara murka serta picik hanya biasa diatasi dan dikalahkan oleh sabar.
Seperti perkataan Bahasa Minang, “Manang jadi arang kalah jadi abu”. Tidak ada gunanya memperlebar permasalahan dengan pertikaian.
#6 “Nerimo ing pandum”
Filosofi Jawa tersebut memiliki makna kejujuran, keiklasan, ringan tangan dalam bekerja, dimana hal ini sangat penting sekali dalam menjalani hidup.
Ikhlas dalam menerima setiap hasil yang telah dikerjakan sangatlah penting. Dalam kata mutiara Bahasa Sunda Kahirupan, pesan ini juga turut disampaikan.
#7 “Aja Adigang, Adigung, Adiguno”
Setiap filosofi orang Jawa mengandung makna yang sangat baik, termasuk dengan yang satu ini, memiliki makna yang mendalam bagaimana seharusnya manusia hidup.
Jaga tata krama, jangan sombong dengan kekuatan, kedudukan serta latar belakang keluarga. Memang seharusnya seperti itulah hidup.
#8 “Wong jowo iki gampang di tekuk – tekuk”
Ungkapan filsosofi ini memiliki makna, bahwa orang Jawa itu mudah di tekuk-tekuk.
Arti dari ditekuk-tekuk sendiri adalah fleksibel, mudah bergaul dengan yang lain, tanpa memandang status sosial.
#9 “Ngunduh Wohing Pangarti”
Setiap orang akan menanggung akibat yang dia perbuat, jadi jangan pernah menyalahkan orang lain apapun yang terjadi pada diri sendiri.
Hal ini mengajarkan kepada kita untuk bersikap lebih hati-hati, bahwasannya kita bertanggung jawab sepenuhnya atas diri kita masing-masing.
Filosofi ini hampir serupa dengan salah satu peribahasa Jawa, yaitu “Iwak kalebu ing wuwu”, yang artinya berhati-hati dalam bertindak.
#10 “Ajinhing Diri Saka Lati, Ajining Saka Raga Busana”
Makana dari fisofi ini adalah kehormatan diri manusia berasal dari lisan, sedang kehormatan raga manusia dari pakaiannya.
Tentu yang perlu kita perhatikan adalah lisan, mengingat lisan dapat menunjukan seberapa tinggi kehormatan kita, apakah kita termasuk manusia yang terhormat atau bukan.
Maka jika kita mampu menjaga lisan, Insha Allah akan selamat dunia dan akhirat.
#11 “Memayu Hayuning Bawana, Abrasta dur Hangkara”
Makna dari kata di atas adalah, manusia harus dapat mengusahakan keselamatan, kebahagian serta kesejahteraan, dan harus dapat menghilangkan atau memberantas sifat tamak, serakah dan angkara murka.
#12 “Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelaman”
Manusia seringkali sangat gampang terpengaruh dengan sutu kejadian, baik membuat mereka senang ataupun sebaliknya.
Adakalanya kita harus bisa belajar dari filosofi yang penuh makna ini, sebagai manusia jangan gampang sakit hati tatkala musibah menimpa, serta jangan sedih tatkala kehilangan sesuatu.
#13 “Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo”
Sifat dasar dari seorang manusia adalah pelupa, mudah tergiur dengan hal yang baru dan belum pasti.
Makannya, filosofi satu ini mengingatkan kepada kita supaya dalam menjalani hidup sebaiknya jangan tergiur oleh-hal-hal yang tampak mewah, cantik dan indah dan jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan semangat.
Hal ini juga ditekankan di salah satu perkataan Bahasa Batak, “Tumagon Mangolu Pogos Ale Dihormati” yang bermakna lebih baik hidup miskin tetapi terhomat dari pada kaya tetapi terhina.
#14 “Mangan Ora Mangan Singpenting Kumpul”
Makan tidak makan yang penting kumpul, kurang lebih seperti itu makna dari filosofi di atas. Bukan tanpa alasan mengapa kita harus selalu kumpul dengan keluarga, sebab agar bisa saling mengingatkan dan menjalani hidupd engan utuh.
Sebab ketika kita menjalani hidup tidak melulu soang uang atau harta secara materil.
#15 “Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha”
Menurut saya pribadi filosofi ini merupakan kata-kata yang sangat bijak sekali, sebab memiliki makna berjuang tanpa perlu membawa massa, menang tanpa merendahkan dan mempermalukan, berwibawa tanpa mengandalkan kekuatan, kekuasaan, kekayaan atau bahkan keturunan, kaya tanpa didasari kebendaan.
#16 “Aja Ketungkul Marang Kelungguhan, kadonyan Lan Kemareman”
Makna dari filosofi ini adalah, bahwa kita jangan sampai terobsesi, terkungkung oleh keinginan untuk mendapatkan sebuah kedudukan, kebendaan dan kepuasaan duniawi.
#17 “Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mandak Cilaka”
Maksudnya jangan merasa pintar atau pandai supaya tidak salah arah, dan jangan suka berbuat curang supaya tidak celaka.
#18 “Saiki Jaman Edan Yen Ora Edan Ora Komanan Sing Bejo Sing Eling Lan Waspodo”
Bahasa ini sangat pas dengan keadaan jaman sekarang, dimana semakin sini, dunia semakin tidak karuan dan semakin kisruh.
Makna dari perkataan di atas adalah ‘sekarang zaman edan, yang gak edan gak bakalan kebagian, hanya orang yang ingat kepada Allah dan waspadalah yang akan beruntuk’.
Penutup
Nah, itu dia beberapa pedoman, pandangan hidup atau filosofi yang bisa kita pelajari.
Sudah saatnya kita kembali merenungi filosofi Jawa tersebut, serta menjadikannya sebagai nasehat untuk diri di zaman sekarang.
Temukan beragam pilihan rumah terlengkap di daftar properti & iklankan properti kamu di Jual Beli Properti Pinhome. Bergabunglah bersama kami di aplikasi Rekan Pinhome untuk kamu agen properti independen atau agen kantor properti.
Kamu juga bisa belajar lebih lanjut mengenai Properti di Property Academy by Pinhome. Download aplikasi Rekan Pinhome melalui App Store atau Google Play Store sekarang!
Hanya di Pinhome.id yang memberikan kemudahan dalam membeli properti. Pinhome – PINtar jual beli sewa properti.
Editor: Daisy
BAGIKAN ARTIKEL